Belasan Siswi SMKN Ngawi Jadi Korban Guru Cabul
Belasan Siswi SMKN Ngawi Jadi Korban Guru Cabul
Belasan siswi salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi menjadi korban pencabulan seorang oknum guru yang masih berstatus sebagai Guru Tidak Tetap (GTT).
Para siswi itu menjadi korban pencabulan sejak sekitar 2 tahun lalu yang diduga dilakukan oknum guru mata pelajaran muatan lokal (Mulok), yakni BS (32) warga Kelurahan Ketanggi, Kecamatan/Kabupaten Ngawi yang sudah miliki seorang istri dan anak itu.
Rata-rata para korban itu, awalnya diajak dan diminta menjadi kekasih oknum guru itu. Selanjutnya, para korban diajak berfoto di berbagai lokasi dengan alasan bakal dijadikan model ikon SMKN tempatnya mengajar itu.
Jika semua itu dituruti, oknum guru itu akan menjadi semakin beringas. Selain meraba-raba, menciumi, memeluk-meluk tubuh siswinya, juga kerap meminta siswinya melepas semua bajunya (telanjang) untuk didokumentasikan fotonya.
Salah seorang korban, siswi kelas 11 juruan Akuntansi, SA (17) mengaku, awalnya para korbannya dijanjikan sesuatu. Jika siswi korban pencabulan mau dijadikan kekasih (pacar) oknum guru itu, bakal diberikan nilai lebih dan dituruti semua kemauan korban.
"Jika sudah mau dijadikan pacarnya, maka siswi akan diajak kemana-mana sama oknum guru itu. Bergantung maunya si guru. Kadang diajak Karaoke, ke Sarangan dan seringkali diajak ke benteng Pendem, Ngawi serta sejumlah lokasi wisata dan hiburan lainnya. Sampai sekarang aksi bejat itu masih berlangsung dan korbannya sudah mencapai belasan orang," terangnya kepada Surya, Sabtu (2/11/2013).
Selain itu, SA mengungkapkan dirinya dan korban lainnya tidak mau melaporkan ulah oknum guru bejat itu lantaran diancam bakal tidak diberi nilai sama sekali pada mata pelajaran yang diajarkan oknum guru bejat itu, jika melaporkan perbuatan guru play boy itu ke siapa pun.
"Saat diajak ke Sarangan saya pertama diraba-raba dan dipaksa bugil (membuka semua pakaian) untuk difoto. Saya juga diciumi dan dipeluk-peluk, tetapi saya tidak mau saat disuruh bugil. Usai mendengarkan curhat teman lainnya, ternyata tidak hanya saya yang diminta bugil, semua korban juga dipaksa seperti itu. Korbannya sekitar 15 siswi lebih," imbuhnya.
Selama ini, para korban kata SA kerapkali mau dengan bujuk rayu oknum guru itu. Alasannya difoto-foto untuk dijadikan model ikon master SMA Negeri di tempat pelaku mengajar dan korban belajar itu.
"Saya merasa paling tidak suka saat dipaksa buka baju di Benteng Pendem (Van Den Bosch) Ngawi. Kini semua korban saling curhat seringkali diluar sekolah," ucapnya.
Sementara orangtua korban SA, Ny Sri Lestari mengaku sangat kecewa dengan perbuatan oknum guru itu. Selain itu, merasa khawatir dengan ulah oknum guru bejat itu. Alasannya, anak pertamanya itu bersekolah di SMK Negeri itu serta merupakan seorang perempuan.
Selain itu, dirinya juga merasa tidak terima dan meminta Kepala Sekolah (Kasek) untuk segera memberikan sanksi kepada oknum guru itu agar tidak mengulangi perbuatannya. Selain itu, para siswi dan orangtuanya bisa bersekolah dengan tenang.
"Jelas saya khawatir dan resah, jika terjadi pada anak perempuan saya. Jika terjadi pada, kami tak terima. Kami belum berani melaporkan semua. Kecuali jika kompak semua melapor ke polisi. Seharusnya, di sekolah itu diberi pelajaran yang baik. Ini malah perilaku gurunya menyimpang," pungkas ibu dua anak tersebut.
Para siswi itu menjadi korban pencabulan sejak sekitar 2 tahun lalu yang diduga dilakukan oknum guru mata pelajaran muatan lokal (Mulok), yakni BS (32) warga Kelurahan Ketanggi, Kecamatan/Kabupaten Ngawi yang sudah miliki seorang istri dan anak itu.
Rata-rata para korban itu, awalnya diajak dan diminta menjadi kekasih oknum guru itu. Selanjutnya, para korban diajak berfoto di berbagai lokasi dengan alasan bakal dijadikan model ikon SMKN tempatnya mengajar itu.
Jika semua itu dituruti, oknum guru itu akan menjadi semakin beringas. Selain meraba-raba, menciumi, memeluk-meluk tubuh siswinya, juga kerap meminta siswinya melepas semua bajunya (telanjang) untuk didokumentasikan fotonya.
Salah seorang korban, siswi kelas 11 juruan Akuntansi, SA (17) mengaku, awalnya para korbannya dijanjikan sesuatu. Jika siswi korban pencabulan mau dijadikan kekasih (pacar) oknum guru itu, bakal diberikan nilai lebih dan dituruti semua kemauan korban.
"Jika sudah mau dijadikan pacarnya, maka siswi akan diajak kemana-mana sama oknum guru itu. Bergantung maunya si guru. Kadang diajak Karaoke, ke Sarangan dan seringkali diajak ke benteng Pendem, Ngawi serta sejumlah lokasi wisata dan hiburan lainnya. Sampai sekarang aksi bejat itu masih berlangsung dan korbannya sudah mencapai belasan orang," terangnya kepada Surya, Sabtu (2/11/2013).
Selain itu, SA mengungkapkan dirinya dan korban lainnya tidak mau melaporkan ulah oknum guru bejat itu lantaran diancam bakal tidak diberi nilai sama sekali pada mata pelajaran yang diajarkan oknum guru bejat itu, jika melaporkan perbuatan guru play boy itu ke siapa pun.
"Saat diajak ke Sarangan saya pertama diraba-raba dan dipaksa bugil (membuka semua pakaian) untuk difoto. Saya juga diciumi dan dipeluk-peluk, tetapi saya tidak mau saat disuruh bugil. Usai mendengarkan curhat teman lainnya, ternyata tidak hanya saya yang diminta bugil, semua korban juga dipaksa seperti itu. Korbannya sekitar 15 siswi lebih," imbuhnya.
Selama ini, para korban kata SA kerapkali mau dengan bujuk rayu oknum guru itu. Alasannya difoto-foto untuk dijadikan model ikon master SMA Negeri di tempat pelaku mengajar dan korban belajar itu.
"Saya merasa paling tidak suka saat dipaksa buka baju di Benteng Pendem (Van Den Bosch) Ngawi. Kini semua korban saling curhat seringkali diluar sekolah," ucapnya.
Sementara orangtua korban SA, Ny Sri Lestari mengaku sangat kecewa dengan perbuatan oknum guru itu. Selain itu, merasa khawatir dengan ulah oknum guru bejat itu. Alasannya, anak pertamanya itu bersekolah di SMK Negeri itu serta merupakan seorang perempuan.
Selain itu, dirinya juga merasa tidak terima dan meminta Kepala Sekolah (Kasek) untuk segera memberikan sanksi kepada oknum guru itu agar tidak mengulangi perbuatannya. Selain itu, para siswi dan orangtuanya bisa bersekolah dengan tenang.
"Jelas saya khawatir dan resah, jika terjadi pada anak perempuan saya. Jika terjadi pada, kami tak terima. Kami belum berani melaporkan semua. Kecuali jika kompak semua melapor ke polisi. Seharusnya, di sekolah itu diberi pelajaran yang baik. Ini malah perilaku gurunya menyimpang," pungkas ibu dua anak tersebut.
Laporan Wartawan Surya, Sudarmawan
Sabtu, 2 November 2013 14:43 WIB
Sabtu, 2 November 2013 14:43 WIB
Sumber : Tribunnews
Post a Comment